PADANG,SUMBARTODAY-Banyak harapan yang digantungkan pada seorang Bankir yang sengaja didatangkan untuk merobah, menata ulang guna menempatkan kembli harga diri Bank Daerah ini pada tempat yang pantas dihati masyarakat, akibat dari carut-marut serta ulah penguasa terdahulu.
Sebelumnya Dedi Ihsan digadang-gadang sebagai kreator dan inovator, bahkan mempunyai kemampuan untuk memahami, menganalisa dan memperbaiki citra Bank Nagari dimasa yang akan datang, ternyata sampai saat ini hanya isapan jempol belaka.
Mengutip perkataan aneh sang Direktur Utama ini, saat dilantik, “Perlu dirancang strategi alternatif untuk meningkatkan akses keuangan yang lebih inklusif terhadap masyarakat.” Dahsyat… susunan kata-katanya, Namun belum genap satu periode menjabat.. sepertinya semua itu hanya retorika dan impian belaka.
Rekam jejak, serta kompetensi sang Bankir sangat menetukan, Dalam eksposnya dihadapan OJK Padang, sang Dirut optimis mendatangkan dana 100 Trilyun Tax Amnesty bagi Bank Nagari.
Begitu Hebaat…. Sementara Kementrian Keuangan sendiri merilis bahwa sampai September 2016, capaian Tax Amnesty dari keseluruhan Indonesia baru 97,2 Trilyun. apa yang bisa diambil dari cerita ini?
Dalam janjinya, sang Direktur akan men-zero-kan Fraud didalam manajemen Bank ini, bagaimana mungkin jika sebelumnya Bank Nagari seakan akan selalu melindungi pejabatnya yang melakukan korupsi dan Gratifikasi.
Ternyata Dedi belum mampu, mana mungkin kepiawaian yang sejengkal bisa membenahi Bank Nagari. Apalagi Dedi bukan tipe orang yang peduli. Gaji dan bonus direksi sepertinya daya tarik tersendiri untuk tetap menduduki jabatan ini. Terkesan, bahwa Dedi Ihsan tersandra oleh kemampuannya sendiri, tanpa bisa mengadili. Dangkalnya pengetahun membuat Dedi tak mampu berbuat banyak untuk merobah Bank ini, Malahan Dedi Ihsan seakan dimanfaatkan oleh pejabat yang bermasalah di Bank Nagari, mereka tetap bercokol karena yakin tak akan bisa disenggol.
Banyak sudah kehebatan Dedi Ihsan yang tidak terbukti, 100 milyar lebih dana segar dari bank ini, harus pindah ke Bank BRI. kurang percaya atau memang sengaja, Pemda Pesisir Selatan dan Pemko Payakumbuh, berlomba-lomba menarik diri, sehingga dananya dipindah keluar Bank ini, entah untuk kepentingan siapa.
Mungkin sudah disepakati, sepertinya sang Direktur Utama, sengaja memberikan kebebasan kepada para pemengang saham ini, untuk dapat mengambil dana kapan saja mereka menghendaki.
Direktur juga ikut memindahkan dana 19 milyar lebih dari Bank Nagari. Bank tentangga merupakan tempat dimana Dedi Ihsan mengabdi. Mungkinkah ini disebut balas budi, atau mungkin ada perintah dari orang yang mendudukan Dedi.
Jelas sudah warna Dirut Bank Nagari, sepertinya memang harus diganti, bank ini bukan ambisi petinggi, bagi para penguasa negeri. Kembalikan kedaulatan Bank Nagari sebagai lembaga yang menopang pembangunan negeri ini ini.
Para penguasa-penguasa, hentikanlah terapi terhadap Bank Nagari, jangan ada kepentingan jika Bank ini dirasa milik sendiri. Tak perlu lagi pindahkan dana itu dan ini, jika ingin bank ini mandiri.
Ingatlah, harapan karyawan dan masyarakat daerah ini, yang berharap Bank Nagari menjadi tumpuan harga diri, bukan untuk dikebiri. Pilihlah kembali pimpinan bank ini yang benar benar punya kompetensi, untuk memajukan bank nagari tanpa ada intervensi.
Jangan biarkan Bank Nagari dalam kemelut yang tak berkesudahan, segera akhiri seluruh masalah yang terjadi, kesalahan tetaplah kesalahan walau disembunyikan kedasar lautan, perhatikan akibat yang terjadi, anda penaggungjawab Bank ini.
Masih segar dari ingatan penulis, tentang kasus-kasus dasyat yang menghimpit bank ini, yang mana para tokoh dan pelakunya tersandara antara satu dengan yang lainnya. Bahkan menjadi ATM bagi oknum-oknum penegak keadilan negeri ini.
karenanya kepedulian akan kemajuan bank tidak lagi menjadi landasan. Tahta dan jabatan adalah segala-galanya. Tidak ada nikmat hidup selain di Bank Nagari, mungkin itu motto mereka.
Masing-masing kekuasaan sudah menikmati permainannya, berbagai akal dicurahkan demi menipu kepentingan, jalan-jalan keluar negeri, serta bangga bermain golf, dengan kemampuan pas-pasan, bagi mereka itu hanya hal biasa, yang penting dapat kudapan, biarlah dicaci teman yang penting aman.
Ada lagi cerita seru yang menggelitik telinga penulis, seorang pejabat veteran bank ini, dengan mudah mendapatkan kesempatan anaknya bekerja pada bank nagari.
Bermodalkan ancaman bahwa dia akan membongkar semua kasus bank nagari, jika tidak menerima anaknya bekerja, menjadi legenda unik sejarah bank ini.“simbiosis mutualisme, hahahaaaa….. barter menguntungkan!!!
Lebih dasyat dan langkanya lagi, pejabat yang sudah veteran, merengek meminta diperpanjang jabatan, dengan nada dan ancaman yang sama dan meminta segala hak dan fasilitas, para pejabat Bank Nagari jangan putus asa, siapkan kartu Truff maka selamatlah diri.
Namun untuk hal tersebut tidak berlaku bagi yang tidak punya gigi, walau segudang prestasi, anda tetap mati suri. Jabatan dibagi-bagi hanya untuk siapa yang membawa sebungkus kopi kemeja pribadi. Alsintan 35 miliar, PT. Langgeng Giri Bumi 12 miliar, KUD Talu 18 miliar, PT. Chiko 22,7 miliar, Nick Munandar 5 miliar dan PT. Anbama/Indeco 5 miliar, serta banyak lagi kasus lainnya yang akan dikuliti, sebagai bukti, pertaruhan nakalnya pejabat ini, untuk menggerus pundi-pundi Bank Nagari demi untuk kepentingan pribadi, jalan-jalan keluar negeri dengan hasil mencuri, berkedok seperti nabi, namun nyali seperti banci, inilah standar jika ingin menjadi pejabat di Bank Nagari.
Dibalik segelintir kasus-kasus tersebut, ada satu yang butuh perhatian khusus terhadap kredit yang dikucurkan kepada Hotel Asrilia Bandung yang mencapai nilai 110 miliar, “Ini berpotensi kredit macet, jika macet, maka kiamatlah Bank Nagari” ucap sumber bank ini.
“Jika kredit dikucurkan dan terbilang lancar, maka pihak bank harus mencadangkan dana sebesar 1 persen dari total pinjaman, namuan jika kredit tersebut macet, maka harus dicadangkan 100 persen dari total pinjaman. Jadi bayangkan saja jika kerdit macet tersebut mencapai puluhan miliar, maka bank harus mempersiapkan juga dana cadangannya sebanyak puluhan miliar, demi untuk menutup kerugian, yang pada akhirnya bermuara dengan tergerusnya laba bank, dan cerita ini sudah terjadi di bank nagari, laba tidak tercapai, maka dana cadanganlah yang dipakai, agar bank terlihat sehat seakan akan target tercapai,” kutipan dari ekonom tadi…. heeheeee
Begitu miris memang jika kita amati keberanian para pejabat bank ini, berani dan memaksa, hanya demi laporan pencapaian laba, hingga majalah Info bankpun mengakui pertumbuhan Bank Nagari.
Lupa atau pura-pura lupa, dana cadangan yang diperuntukkan untuk kredit macet, mereka sikat demi menutupi kejadian sebenarnya bahwa Bank Nagari merugi. Setelah laporan disampaikan hasilnya dibagi-bagi, maka dana cadangan dikembalikan lagi, tanpa peduli bank merugi.
Hentikan kegilaan ini, mereka tergolong sangat berani. OJK seakan-akan tutup nurani, atau mungkin main mata, jawabnya entahlah, yang jelas para bankir sudah memiliki pundi-pundi pribadi dan akan menikmatinya sampai mati.
Tiada kata yang bisa penulis ucapkan, selain kata prihatin dengan keadaan bank ini. Wahai para penguasa Bank Nagari, Sudahlah, hentikanlah manuver dilembaga kepercayaan ini.
Pejabat bank bukanlah pejahat, fikirkanlah nasib ribuan karyawan yang menggantungkan hidup pada Bank ini, serta masyarakat yang menaruh harap, ingatlah bahwa jabatan adalah amanah yang harus dijaga, selamatkan bank ini, jangan pertahankan oligarki. Karena setiap perbuatan dan penzaliman, natinya akan diadili.
(Dikutip dari Sumbartoday.com)