Masuk 5 Kuliner Unggulan, Rendang Diangkat IGC ke Kancah Internasional Lewat Museum Gastronomi Indonesia

Jakarta.sumbartoday.net – Sebagai wadah yang berisi informasi tentang cerita sejarah, asal-usul, proses akulturasi budaya dari berbagai masakan yang dihidangkan dan dikonsumsi sehari-hari, Indonesia Gastronomy Community (IGC) menggelar Peluncuran Virtual Museum Gastronomi Indonesia (MGI) pada Kamis, 17 Juni 2021 di Jakarta.

Indonesia Gastronomy Community (IGC) adalah perkumpulan yang peduli tentang perkembangan makanan khas Indonesia, dengan fokus pada gastro-diplomasi, dan gastro-turisme. Ketua Umum Indonesian Gastronomy Community (IGC), Ria Musiawan pada acara peluncuran tersebut mengatakan Museum Gastronomi Indonesia (MGI) merupakan persembahan IGC untuk merayakan keberagaman dan kekayaan khazanah gastronomi Indonesia.

“MGI mendukung program ‘Indonesia Spice Up the World’ yang dicanangkan Pemerintah Republik Indonesia untuk mensosialisasikan 5 kuliner unggulan di kancah internasional, yakni rendang, soto, nasi goreng, satai, dan gado-gado, memungkinkan didukung museum virtual,” kata Ria Musiawan.

Menteri UMKM dan Koperasi Teten Masduki, dan Dewan Pembina IGC, mendukung upaya IGC dengan menyatakan bahwa MGI sangat mendukung upaya pemerintah Republik Indonesia untuk mengampanyekan produk lokal dapat going global.

Masduki juga mengatakan, “Perkembangan digitalisasi saat ini mendorong layanan yang mudah diakses oleh masyarakat. Keberadaan MGI memberi pilihan inovatif agar masyarakat mancanegara mengenal Indonesia, terutama makanan-makanan secara aman dan nyaman, dan mereka dapat meniru dengan mudah dalam memasak.”

Ria Musiawan menambahkan, inisiasi pendirian MGI telah dilakukan sejak setahun terakhir, melibatkan sejumlah pakar, akademisi serta profesional dari berbagai multidisiplin ilmu; tata boga, pengolahan pangan, gizi, hingga teknologi kreatif.

“Sejak awal MGI dirancang untuk menggaet utamanya generasi milenial yang memiliki literasi internet dan teknologi cukup tinggi. Oleh sebab itu IGC sebagai penggagas menggandeng PT. Siji Solusi Digital yang berpengalaman di bidang teknologi informasi dan pengembangan konten digital,” kata Ria Musiawan.

Seperti dijelaskan Ria Musiawan, PT. Siji Solusi Digital adalah perusahan teknologi kreatif yang bergerak di bidang pengembangan produk dan jasa teknologi informasi dan pengembangan konten kreatif. Dalam bidang permuseuman, Siji telah berpengalaman merancang dan menerapkan teknologi Internet of Things 4.0 serta terlibat dalam berbagai proyek modernisasi dan digitalisasi di berbagai museum dan galery di Indonesia. Beberapa pekerjaan di antaranya Galeri Nasional, Galeri Balitbang Kesehatan RI, Museum Mahkamah Agung RI, Museum DPR RI, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Sumpah Pemuda, Museum Olahraga Nasional, Museum Sejarah Kabupaten Bekasi, dan lain-lain.

Kolaborasi antara IGC dengan Siji telah menghasilkan MGI dalam bentuk virtual dengan tata pamer experience 3600 yang disajikan dalam bentuk infografis, video, serta artefak 3D dengan konsep intuitif dan sarat informasi yang dibuat dengan peralatan khusus sehingga kemiripannya mendekati 100% dari artefak asli yang terpajang di Museum Nasional, Jakarta. MGI akan dibangun secara bertahap dan organik. MGI virtual juga akan menjadi marketplace bagi industri UMKM penghasil bumbu-bumbu masakan khas, juga kerajinan dari berbagai daerah dengan berorientasi pasar dunia.

Direktur Utama PT. Siji Solusi Digital, Dimas Fuady mengatakan museum virtual sejak awal dirancang untuk mengakomodir kebutuhan milenial yang sudah biasa menggunakan aplikasi mobile maupun web dinamis. Penyajian materi hasil pemikiran dan penelitian para dewan pakar IGC juga menjadi tantangan tersendiri dalam membuat UI/UX, desain grafis hingga pengembangan fitur-fitur interaktif agar tetap atraktif bagi user, tanpa mengurangi konteks dan inti materinya.

“Bayangkan Museum Gastronomi Indonesia Virtual ini ibarat Pintu Kemana Saja Doraemon. Dimana user bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu daerah ke daerah lainnya lalu belajar tentang sejarah, asal usul, proses budaya, cerita tentang kekayaan gastronomi Indonesia langsung dari tempat asalnya, tanpa batasan ruang, borderless. Dan kini ide MGI secara virtual menjadi sangat relevan dengan kondisi pandemi Covid-19, di saat banyak museum tutup dan tidak bisa dikunjungi, museumgastronomi.id bisa diakses kapan saja 24/7 sepanjang tahun, dari mana saja sepanjang terhubung internet,” jelas Dimas Fuady.

Dimas Fuady menambahkan, MGI virtual tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, pengetahuan, pendidikan serta hiburan semata, namun diharapkan bisa menjadi enabler bagi industri terkait, seperti pariwisata, industri perdagangan, dan UMKM. Keberadaan MGI diharapkan dapat mendukung berbagai sektor terkait gastronomi Indonesia secara berkelanjutan.

Secara teknis, MGI terwujud atas dedikasi dan peran serta dari berbagai unsur, yaitu; Ria Musiawan sebagai inisiator, Arief Djoko Boediono sebagai Ketua, Tim Subtansi dan Materi IGC terdiri dari Hindah Jatiningrum Muaris (koordinator), Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, Dr. Ari Fadiati, Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc., Prof. dr. Herawati Supolo Sudoyo, M.S, Ph.D., Prof. Harijono Djojodihardjo, Sc.D., MSME, M Eng., M.S. Nav.Arch. & Mar Eng., IPU, CPAE, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum, Pudyotomo Saroso, Timotius Agus Rachmat SST Par., MM , Paramitaningrum Ph.D., Fersita Kusuma, dan Vishal Khumar, Tim kurator yang terdiri dari Dewi Soeharto, Ina Silas, dan Intan Abdams Katoppo, dengan segenap analisisnya mengurasi materi dan koleksi yang akan ditampilkan.(Myhammad Fadhli)

Mahyeldi Dukung Pemajuan Kebudayaan Koto Gadang Koto Anau untuk Jadi Destinasi Wisata Dunia

Solok.Sumbartoday.net – Peninggalan sejarah memiliki potensi besar bagi kemakmuran masyarakatnya. Jika tidak dijadikan cagar budaya, keberadaannya akan mengalami kepunahan. Menyikapi hal tersebut, Dra. Zusneli Zubir, M.Hum., Peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat (BPNB Sumbar) memprakarsai Penyusunan Grand Design Pemajuan Kebudayaan Nagari Koto Gadang Koto Anau yang digelar pada 3 – 4 April 2021 di Depan Balai Adat Nagari Koto Gadang Koto Anau, Kabupaten Solok, Kecamatan Lembang Jaya, Provinsi Sumatera Barat.

Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah saat membuka acara tersebut mengatakan, “Masyarakat Minangkabau dengan ketinggian budayanya dikenal dengan semangat gotong royongnya yang dituangkan dalam falsafah ‘adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah’. Syarak mangato adat mamakai. Di Sumatera Barat, menyatu antara budaya dengan nilai-nilai agama, yaitu Islam. Inilah kekhasan yang dimiliki oleh masyarakat di Minangkabau, Sumatera Barat. Dan kekhasan ini perlu diwariskan dan ditransformasikan”.

Seperti juga disampaikan Mahyeldi, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memprogramkan Kawasan Gunung Talang, Kabupaten Solok untuk menjadi objek wisata destinasi nasional dan internasional. Koto Gadang Koto Anau sebagai salah satu nagari yang berada di Kawasan Gunung Talang sebaiknya memanfaatkan kesempatan ini guna berbenah dan juga meningkatkan sumber daya manusianya agar memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan tersebut. Karena itu, Pemprov Sumbar sangat mendukung pemajuan kebudayaan di Nagari Koto Gadang Koto Anau.

Mahyeldi juga mengatakan, satu-satunya daerah di dunia yang bisa kita melihat secara sekaligus empat danau, empat gunung, air panas dan dingin secara berdampingan, dan keunikannya yang lain, hanya ada di Kabupaten Solok.

Pemerintah Kanagarian Koto Gadang Koto Anau bertindak sebagai panitia penyelenggara acara tersebut, didukung oleh ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, tokoh masyarakat, bundo kanduang, Ikatan Keluarga Koto Gadang Koto Anau (IKKA) Kota Padang, dan masyarakat setempat. Selain Gubernur Mahyeldi, acara juga dihadiri oleh Mulyadi Marcos, SE., MM. (Plh. Bupati Solok), Nasripul Romika, S.Sos. (Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok), Drs. Aprimas, MM. (mewakili Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat), Derliati, S.Sn, M.Pd. (mewakili Kepala Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Provinsi Sumatera Barat), Wardarusmen, SE., MM. (Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat), Dra. Zusneli Zubir (Peneliti di BPNB Sumbar), Drs. Teguh Hidayat, M. Hum (Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat – BPCB Sumbar), Dr. I Ketut Wiranyana (Kepala Balai Arkeologi Sumatera Utara), Aminulatif, SE., M.Pd. (Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat), dan Herianto, S.E. (Kasi Sejarah, Museum, dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan Kabupaten Solok).

Selain itu juga dihadiri oleh Madra, SE, SH. (Anggota DPRD Kabupaten Solok), Jon Firman Pandu (Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Solok Periode 2021 – 2026), Camat Lembang Jaya, Prof. Dr. Tafdil Husni, SE., MBA. (Rektor Universitas Bung Hatta), Drs. Yoserizal, M.Sia. (Dosen FISIP UNAND), Onderus Zubir Dt. Bagindo Sati (Ketua Kerapatan Adat Nagari Koto Gadang Koto Anau), Novi Lesmana (ahli waris Istano Rajo Bagindo yang Dipatuan), Dra. Usjunaida (Ketua Bundo Kanduang Nagari Koto Gadang Koto Anau), Lilik Supardi, SE. (Ketua IKKA Padang), Edi Setiawan, A.md (Walinagari Koto Gadang Koto Anau), dan lainnya.

Zusneli Zubir, Peneliti senior sejarah dan Ketua Kelompok Kerja Sejarah yang juga putri daerah Nagari Koto Gadang Koto Anau pada kata sambutannya mengatakan bahwa Koto Gadang Koto Anau adalah salah satu nagari tertua di Sumatera Barat, dapat dibuktikan dari peninggalan sejarah yang ada. Di Koto Anau bisa kita temui batu telapak kaki. Batu tersebut sama seperti batu yang ada di peninggalan Kerajaan Tarumanegara, Bogor. Selain itu juga ada Batu Balkon, masyarakat setempat menyebutnya Batu Congkak, juga ada Batu Megalit, semua memiliki banyak makna dan cerita untuk pelajaran bagi kita.

“Koto Anau juga memiliki kerajaan, bernama Kerajaan Koto Anau. Jika sebuah daerah memiliki sebuah kerajaan, tentu jadi pertanda memiliki budaya yang cukup tinggi. Baik pada bidang adat istiadat, kuliner, pakaian, sangat banyak ditemui di Koto Anau untuk kita gali. Kekayaan tersebut bisa menjadi magnet wisata. Karena itu, semua yang hadir di acara ini agar dapat ikut menyusun grand design pemajuan kebudayaan Nagari Koto Gadang Koto Anau, karena keinginan kita tersebut dapat diwujudkan jika dilakukan secara bersama-sama, demi kemajuan Koto Gadang Koto Anau,” kata Zusneli Zubir.

Pada kesempatan yang sama, Jon Firman Pandu, Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Solok mengatakan, Kabupaten Solok mempersiapkan Pemajuan Kebudayaan, yang saat ini dilakukan di Nagari Koto Gadang Koto Anau. Ia berharap program ini didukung secara bersama-sama dari para pemuda-pemudi, stakeholder Nagari Koto Gadang Koto Anau, dengan bergandeng tangan memanfaatkan kesempatan sebagai pilot project pemajuan kebudayaan.

Acara pembukaan Penyusunan Grand Design Pemajuan Kebudayaan dan Peninjauan Objek Sejarah dan Budaya Koto Gadang Koto Anau Kabupaten Solok tersebut dimeriahkan dengan penampilan para generasi muda Koto Gadang Koto Anau membawakan Tari Piring, Tari Ambek-Ambek, Tari Mancak, dan silat. Kedatangan para tamu undangan diarak dari Kantor Walinagari hingga ke lokasi acara tersebut dengan permainan Momong dan Talempong, alat musik tradisi Koto Gadang Koto Anau, serta disambut dengan Tari Galombang.

Setelah acara tersebut dibuka oleh Gubernur Mahyeldi, acara dilanjutkan dengan makan bajamba di Balai Adat Nagari Koto Gadang Koto Anau, dengan sajian kuliner tradisi milik daerah tersebut, yaitu: Palai Ayam, Palai Pensi, Dendeng Bakuah, Gulai Dadah, Karupuak Jangek, Lamang Sarikayo, dan lainnya.

Usai makan bajamba, acara diteruskan dengan diskusi bersama untuk penyusunan grand design pemajuan kebudayaan, dilakukan di ruangan yang sama.

Diskusi tersebut dibuka dengan doa bersama. Untuk memulai diskusi, Zusneli Zubir mengatakan bahwa beberapa peninggalan sejarah di Koto Gadang Koto Anau sudah ada yang dihancurkan, disemen, dirusak, akibat dari ketidaktahuan masyarakat pada benda-benda bersejarah milik daerahnya yang sangat bernilai.

Teguh Hidayat, Kepala BPCB Sumbar menanggapi, 10 objek pemajuan budaya harus diiventarisasi dengan baik. Cagar budaya hanya menumpang saja. Di Koto Gadang Koto Anau masih banyak objek yang diduga sebagai cagar budaya, tapi kuncinya adalah sertifikasinya sebagai cagar budaya yang harus segera diajukan. Jika ada objek peninggalan sejarah yang dirusak, bila bukan cagar budaya, tidak ada regulasi yang bisa ditetapkan hukumnya.

Teguh Hidayat menyarankan kepada Pemerintah Nagari Koto Gadang Koto Anau agar membentuk Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) untuk mendata objek peninggalan sejarah agar diajukan sebagai cagar budaya.

“Apakah betul objek yang mengalami pengrusakan yang disebut oleh Ibu Zusneli Zubir termasuk cagar budaya? TACB Kabupaten Solok perlu untuk menilai objek-objek yang diduga sebagai peninggalan sejarah. Secara pribadi saya mengatakan, Istano Rajo Bagindo yang Dipatuan pantas jadi cagar budaya,” kata Teguh Hidayat.

Ketut Wiranyana, Kepala Balai Arkeologi Sumatera Utara dengan wilayah kerja 5 provinsi di Sumatera menegaskan, berbicara grand design berarti berbicara program. Langkahnya, Pemerintah Kabupaten Solok membuat TACB untuk mencatat semua peninggalan sejarah di Koto Anau Koto Gadang, baik benda maupun tak benda. Setelah tahu potensi yang dimiliki, lalu prioritaskan mana yang bisa dilakukan terlebih dahulu, karena tidak mungkin semuanya untuk dilakukan secara bersamaan. Dari data tersebut lakukanlah pembenahan terhadap objek tersebut.

Herianto, Kasi Sejarah, Museum, dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan Kabupaten Solok mengatakan sudah mendata objek-objek peninggalan sejarah di Kabupaten Solok, baik benda maupun tak benda. Tapi TACB belum dibentuk. Untuk Koto Gadang Koto Anau belum dilakukan pendataan atau inventarisasi. Rencananya, April 2021 akan dilakukan.

Ketut Wiranyana menegaskan, Dinas Kebudayaan Kabupaten Solok seharusnya membuat TACB terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan pencatatan peninggalan sejarah. Karena TACB tersebut yang akan diakui dalam mendata dan mengajukan objek peninggalan sejarah yang layak diajukan sebagai cagar budaya.

“Bila data peninggalan sejarah tidak ada, Dana Alokasi Khusus dari pemerintah tentu tidak bisa turun,” kata Ketut Wiranyana.

Sementara itu, Aminulatif, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat menyampaikan bahwa di antara 10 pemajuan kebudayaan dan cagar budaya, tradisi lisan, ritus, dan permainan rakyat punya kaitan erat dengan program kerja Balai Bahasa. Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat sangat mendukung pemajuan kebudayaan Koto Gadang Koto Anau untuk menjadi kampung budaya, banyak tradisi lisan, manuskrip, dan bahasa di Koto Anau berkaitan dengan program kerja Balai Bahasa. Ia berharap rencana Gubernur Mahyeldi untuk menjadikan Koto Gadang Koto Anau sebagai salah satu destinasi wisata nasional dan internasional di Kabupaten Solok dapat terwujud.

Aprisman, dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Solok mengatakan instansinya akan menilai objek peninggalan sejarah yang layak untuk disertifikasi yang berdampak baik bagi perekonomian masyarakat.

Wardarusmen, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat pada diskusi tersebut mengharapkan aksi dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Solok untuk segera membentuk TACB, agar objek-objek peninggalan sejarah di Koto Gadang Koto Anau segera ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Bupati, dan disertifikasi.

Seperti dijelaskan Teguh Hidayat, semua pekerjaan harus dimulai dengan adanya data. Bicara cagar budaya Koto Anau, artinya berbicara data peninggalan sejarah di Koto Anau.(Muhammad Fadhli)

BPNB Sumbar Sosialisasikan Persiapan Pemajuan Kebudayaan Nagari Koto Gadang Koto Anau

Solok.Sumbartoday.net – Nagari Koto Gadang Koto Anau yang berada di kaki Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pernah jadi daerah yang kaya dengan hasil cengkehnya. Kekayaan daerah tersebut membuat kolonial Belanda pernah berdiam di sana. Perkembangan kerajaan di Minangkabau hingga perjuangan bangsa sebelum dan awal kemerdekaan juga punya catatan tersendiri bagi daerah tersebut.

Di Koto Gadang Koto Anau banyak ditemukan peninggalan sejarah, baik berupa benda maupun tak benda. Melihat potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut, Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat (BPNB Sumbar) yang berada dibawah naungan Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melakukan ‘Sosialisasi Persiapan Pemajuan Kebudayaan Nagari Koto Gadang Koto Anau’ pada Kamis 4 Februari 2021 dari pukul 10.00 – 17.30 WIB di Aula Kantor Wali Nagari Koto Gadang Koto Anau, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok.

Acara Sosialisasi Persiapan Pemajuan Kebudayaan Nagari Koto Gadang Koto Anau tersebut dihadiri oleh Undri, SS, M.Si (Kepala BPNB Sumbar), Drs. Suarman (Pamong Kebudayaan Kemdikbud RI), Dra. Zusneli Zubir, M.Hum (Peneliti Sejarah di BPNB Sumbar), Jon Firman Pandu (Wakil Bupati Kabupaten Solok Periode 2021 – 2026), Drs. Teguh Hidayat, M.Hum (Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat), Wardarusmen, SE. MM (Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok, Rilyadi Walaputra, SE (Kasi Pertanian Barenlitbang Kabupaten Solok), Kepala BAPPEDA Kabupaten Solok, Madra Indriawan (Anggota Bidang Budaya DPRD Kabupaten Solok), Edi Setiawan, A.Md. (Wali Nagari Koto Gadang Anau), Onderus Zubir Dt. Bagindo Sati (Ketua Kerapatan Adat Nagari / KAN Koto Gadang Koto Anau), Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Solok, dan Tokoh Masyarakat Koto Gadang Koto Anau. Acara dihadiri oleh 60 orang peserta termasuk warga sekitar, berlangsung dengan tertib dan penuh antusias.

Edi Setiawan saat membuka acara tersebut mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung persiapan pemajuan kebudayaan Koto Gadang Koto Anau.

Kabid Kebudayaan Kabupaten Solok pada kata sambutannya di acara tersebut mengucapkan terimakasih kepada BPNB Sumbar karena sudah membangunkan yang ‘tertidur’ untuk pemajuan kebudayaan Koto Gadang Koto Anau.

Jon Firman Pandu mengatakan, Koto Anau Koto Gadang menjadi proyek perdana pemajuan kebudayaan. Kerjasama semua stakeholder yang ada di Kabupaten Solok sangat diharapkan untuk dapat menyukseskannya, demi kesejahteraan masyarakat.

Onderus Zubir saat mengekspos Koto Gadang Koto Anau pada acara tersebut mengatakan, “Masyarakat agar membiasakan menyebut Koto Gadang, bukan Koto Anau. Sejarahnya, Koto Gadang dibesarkan oleh koto yang anam. Nagari yang punya rajo akan memiliki kebudayaan yang tinggi. Saat ini nilai-nilai budaya sudah banyak yang hilang, butuh pelestarian. Banyak kebudayaan yang telah dilanggar pada saat ini. Rumah Gadang tidak lagi menghadap Gunung Talang. Banyak ‘kiramaik’ dan tuah yang hilang sejak arah Rumahgadang dirubah. Dengan adanya pemajuan kebudayaan nagari semoga kebudayaan yang hilang dapat dikembalikan. Di Koto Anau banyak permainan rakyat yang harus dilestarikan dan dibangkitkan kembali. Tarian juga banyak, tapi mati suri. Semoga pemajuan kebudayaan dapat diwujudkan, kami siap mendukung.”

Adi Rahman, salah seorang tokoh masyarakat yang ikut tampil mengatakan, Koto Gadang Koto Anau punya potensi pariwisata yang besar. Salah satunya di Bukit Aia Angek, di puncaknya pemandangan sangat indah, terbuka 360 derajat. Danau Singkarak kelihatan dari sana, bisa jadi spot olahraga paralayang. Kuliner tradisinya sangat banyak, rendang terlezat juga berasal dari sana, bisa tahan bertahun. Sangat bagus jika Festival Koto Anau diadakan, sebagai event tahunan. Apalagi tahun 2022 kunjungan pariwisata di Sumbar akan meningkat, imbas dari pandemi. Pemerintah harus siap memanfaatkan peluang ini.

Sementara itu, Suarman mengatakan, “Kebudayaan adalah magnet bangsa. Bisa memakmurkan rakyat. Gerakan kebudayaan butuh sinergitas. Naskah kuno mesti diamankan, jangan sampai dijual. Karena naskah kuno sangat bernilai yang tak bisa diukur dengan uang. Naskah kuno adalah cagar budaya. Bisa dieksplor bisa menjadi muatan lokal. Naskah kuno juga adalah pembelajaran. Selain itu, bahasa daerah harus dilestarikan. Peribahasa, petuah, pidato adat, harus dicatat, agar lestari, dan dibuat standardisasinya. Kebudayaan adalah salah satu sumber APBD. Pariwisata tanpa kebudayaan, akan jatuh.”

Zusneli Zubir yang juga putri daerah Koto Gadang Koto Anau mengatakan, “Pada tahun 2007 lalu Koto Anau pernah saya usulkan untuk menjadi desa wisata. Tapi belum memperoleh dukungan. Koto Anau adalah basis perjuangan melawan kolonial dan juga di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Koto Anau dulunya kaya dengan hasil cengkeh, membuat Belanda tertarik. Koto Anau juga punya banyak cerita rakyat. Banyak tempat yang bisa dijadikan objek wisata, seperti Medan Bapaneh, Batu Hampa, Batu Manangih. Penanaman cengkeh perlu digalakkan kembali, dengan memberi bekal penyuluhan bagi para generasimudanya. Insyaallah, BPNB Sumbar akan melakukan inventarisasi dan penelitian pada budaya dan peninggalan-peninggalan sejarah di Koto Gadang Koto Anau pada bulan Maret 2021 nanti.”

Pada kesempatan yang sama Teguh Hidayat, Kepala BPCB Sumbar mengatakan bahwa gerakan desa pemajuan kebudayaan adalah salah satu kegiatan utama di Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud.

Acara pembukaan Sosialisasi Pemajuan Kebudayaan Koto Gadang Koto Anau dilanjutkan dengan makan siang bersama, menikmati kuliner tradisi di Balai Adat Nagari Koto Gadang Koto Anau, dan diteruskan dengan diskusi bersama.

Pemindahan arah Istano Rajo Bagindo yang Dipatuan dari matahari terbit ke Gunung Talang jadi salah satu bahasan yang diusulkan oleh Ketua KAN pada diskusi tersebut. Dari hasil survei, untuk memindahkan arah Istano Rajo diprediksi akan menelan biaya Rp.500 juta.

Novi Lesmana, ahli waris Istano Rajo Bagindo yang Dipatuan mengatakan, “Istano Rajo Bagindo yang Dipatuan pernah ditawar oleh kolektor asal Malaysia sebesar 13 Milyar Rupiah, berikut dengan peninggalan-peninggalan yang ada di dalamnya, seperti tombak, batu angkek-angkek, gong, dan lainnya. Tapi kami tidak menjualnya, apalah artinya uang jika harus kehilangan harga diri.”

“Kami mengizinkan Istano Rajo dikembalikan menghadap ke arah Gunung Talang. Tapi hati-hati membukanya, karena sebagian kayunya sudah mulai lapuk. Dan kami harap dikerjakan sampai tuntas. Dan kami juga mengizinkan bila Istano Rajo dijadikan museum,” kata Novi Lesmana.

Sementara itu, Teguh Hidayat pada tanggapannya mengatakan, “Jika Istano Rajo Bagindo yang Dipatuan belum termasuk salah satu cagar budaya, maka perubahan arah bisa dilakukan. Insyaallah, dalam waktu dekat saya akan ke Jakarta, rapat di Kemdikbud, saya akan mengusulkan Koto Gadang Koto Anau jadi salah satu objek kunjungan wisata.”

Jon Firman Pandu yang akan dilantik jadi Wakil Bupati Solok pada bulan Maret 2021 mendatang mengatakan sangat mendukung pemajuan kebudayaan di Koto Gadang Koto Anau. Wardarusmen berharap Pemerintah Kabupaten Solok berperan aktif dalam pemajuan kebudayaan di daerah tersebut.

“BPNB dan BPCB Sumbar siap mendukung pemajuan kebudayaan di Koto Gadang Koto Anau, Untuk mencapai keberhasilan kegiatan tersebut diperlukan komitmen dan aksi kerja nyata dan sinergitas stakeholder terkait, mulai dari Pemkab Solok dan jajarannya, serta masyarakat Koto Gadang Koto Anau,” kata Undri (Muhammad Fadhli)

Nofrijal Hidupkan Wisata Kuliner Lewat Gowes Wes Wes

PADANG,SUMBARTODAY.NET – Suasana pagi di Kota Padang dihidupkan oleh olahraga bersepeda yang dikenal dengan gowes. Saat ini komunitas bersepeda tumbuh bagaikan jamur di musim penghujan, dipicu pandemi Covid-19 yang tengah melanda Sumatera Barat dan Indonesia pada umumnya sejak Maret 2020 lalu.

H. Nofrijal, MA. yang menginisiasi pembentukan komunitas sepeda Go Gowes Genre Ranah Minang (3G RM) saat diwawancarai melalui akun Whatsapp-nya pada Sabtu (16/1/2021) mengatakan, “Olahraga bersepeda di Sumatera Barat sudah tumbuh dan hidup semenjak zaman penjajahan Belanda, semakin berkembang sejak Sumatera Barat menggelar Tour de Singkarak sejak tahun 2009, agenda wisata internasional yang rutin dilakukan tiap tahun, dan hanya istirahat tahun 2020 karena Covid-19.”

“Pada lustrum ke-5, komunitas sepeda 3G RM akan terus mengembangkan pola silaturahmi ke bidang sosial dan sadar bencana, karena bersepeda juga sekaligus ikut melestarikan lingkungan, dan menghirup udara bersih tanpa terlalu banyak polusi,” kata Nofrijal, Pejabat Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana Ahli Utama.

Nofrijal juga mengatakan, ”Hari-hari libur terutama di akhir pekan, komunitas gowes hilir mudik pada kawasan jalan wisata di Kota Padang, lebih khusus lagi di sepanjang Jalan Samudra atau yang dikenal dengan Jalan Tapi Laut (Taplau). Dinamika wisata pantai ini juga mendorong usaha kecil dan mikro, khususnya jajanan kampung atau tradisional tumbuh mengikuti perkembangan orang dan seleranya. Para perantau Kota Padang dan Sumatera Barat jadi rindu pulang ke kampung karena ingin merasakan enaknya katupek pitalah, lamang jo tapai, sala lauak, sarabi bakuah, lompong sagu, cindua durian, sate sapi, teh talua, dan lainnya.”

Selain itu, Nofrijal yang juga mantan Sekretaris Utama dan Deputi Advokasi Komunikasi Informasi dan Edukasi di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan, Pemerintah Kota Padang yang didukung Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Tungku Tigo Sajarangan (alim ulama, ninik mamak, cerdik pandai) telah melengkapi jalan wisata taplau ini dengan berbagai fasilitas, di antaranya 2 masjid megah di pangkal dan ujung jalan yang bernama masjid Al-Mujahiddin dan Al-Hakim, juga ada warung panjang, rumah makan dan restoran, serta lapak-lapak souvenir.

Sebagai bagian dari perkembangan zaman, 3G RM yang bermarkas di BKKBN Sumatera Barat, rutin mengayuh sepeda bersama minimal 2 kali sebulan.

“Kegiatan 3G RM tidak hanya untuk bersilaturahminya antara sesama anggota yang tercatat sebanyak 50 orang tersebut, tapi juga untuk mengunjungi kelompok kegiatan (Poktan) Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana), seperti kelompok dan kader Bina Keluarga Balita, Kelompok Bina Keluarga Remaja, Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor, Pusat Informasi Konseling Remaja, Kelompok Bina Keluarga Lansia, Kelompok Posyandu, dan lembaga swadaya masyarakat yang menjadi tulang punggung suksesnya program Bangga Kencana,” kata Nofrijal. (MUHAMMAD FADHLI)

Camat Irwan Suwandi : Bukit Patah Sambilan Berpotensi Sebagai Kawasan Wisata

Payakumbuh – Bukit Patah Sambilan sebuah kawasan di Kecamatan Payakumbuh Timur selain sebagai lahan pertanian juga berpotensi sebagai kawasan wisata. Hal tersebut disampaikan Camat Payakumbuh Timur Irwan Suwandi kepada awak media saat diwawancarai, Senin ( 28/12)

Kawasan Bukit Patah Sambilan pada zaman Walikota Yoserizal telah dibuatkan jalan untuk mempelancarkan roda pertanian dari dulunya cuma berupa jalan setapak, sekarang kawasan tersebut sudah mulai terbuka, dengan adanya pertenakan ayam, perkebunan namun di daerah itu masih banyak lahan tidur.

Camat Payakumbuh Timur Irwan Suwandi mengatakan pucuk dicinta ulam pun tiba.

Kita bercita – cita kawasan Bukit Patah Sambilan untuk di kembangkan dan di optimalkan. Alhamdulillah ada seorang petani Hartianto tanpa didorong dan tanpa di inisiasi telah bergerak duluan membuka lahan di kawasan tersebut. Dia mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur hingga menjadi lahan produktif.

Pembukaan lahan tersebut berlangsung selama empat bulan menuju Arah Padang Alai Kelurahan Bodi.

Dengan menggaji 70 ribu per orang sebanyak 13 sampai 20 orang, dan telah berhasil membuka lahan lebih kurang 10 Hektar agar bisa dimanfaatkan. Lahan milik kaum Dt.Pobo tersebut sudah ditanam dengan Kreatifitas

“Kawansan itu bisa lebih kita optimalkan dimana bisa menarik orang untuk datang berkunjung dengan ada unsur wisatanya,

Pada lahan milik kaum Dt.Pobo tersebut yang telah dibuka lebih kurang 10 Hektare sudah ditanam dengan tanaman muda seperti umbi – umbian dan vanile, sedangkan tanaman tuanya manggis, durian Monthong dan jeruk, kemaren ada juga bantuan bibit manggis dari pokir anggota DPRD Provinsi Iryad Sapar sebanyak 1500 batang dan telah ditanam pada lahan tersebut 300 batang dan sisanya ditanam pada lahan masyarakat setempat,” ujar Irwan Suwandi

Ditambahkan Irwan Suwandi, “kawasan yang telah dibuka pemandangannya sangat luar biasa. Hamparan sawah dan bukit-bukit arah ke Nagari Taram, sedangkan yang belum tergarap pemadangan nya tak kalah menarik juga menghadap ke Gunung Sago,” terang Irwan Suwandi

Lanjut Camat Payakumbuh Timur ini, “Pak Walikota Payakumbuh H. Riza Falepi telah turun ke lokasi Bukit Patah Sembilan beberapa waktu lalu, dan ada surport dari pak Walikota soal perizinan untuk pembangunan lebih dipermudah, dan beliau menyarankan dilahan tersebut untuk di tanami jagung karena harganya yang cenderung stabil.

Dengan telah adanya lahan dikawasan Bukit Patah Sambilan yang telah dibuka masyarakat untuk digunakan sebagai Agro politan berupa tanaman pertanian dan perkebunan. tapi kita juga berharap adanya Agro wisata seperti daerah Gunuang Omeh apalagi kalau ada trek olahraganya,” tuturnya. (Fajri)

UPTD Balai Pendidikan dan latihan koperasi Provinsi Sumatera Barat Menyelenggarakan Pelatihan Sulam Benang Emas di Padang Pariaman

Pariaman.Sumbartoday.net – UPTD balai pendidikan dan latihan koperasi Provinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan UMKM Kabupaten Padang Pariaman

Menyelenggarakan pelatihan pengembangan usaha di kawasan wisata dan umkm sulaman benang emas yg berada di kabupaten Padang Pariaman.

Kegiatan ini di ikuti sebanyak 40 orang peserta di hotel Madina Pariaman 26/11/2020.

Pelatihan ini terselenggara mendapat dukungan penuh dari kepala dinas perdagangan.tenaga kerja kopaerasi dan ukm Dewi Roslaini SE MM.

Dengan adanya pelatihan ini dewi berharap agar pelatihan semacam ini dapat di lakukan secara rutin di Padang Pariaman sehingga dapat meningkatkan dan semangat bagi pelaku Umkm agar dapat mengembangkan usahanya.

Melalui peningkatan skill hingga kreatifitas produk serta pengetahuan pemasaran dan promosi terutama untuk daerah kawasan wisata yg menjadi prioritas pusat maupun daerah ujar ujar kepala dinas .(Y)

BPNB Sumbar Angkat Pangek Sumpu di Festival Kuliner Tradisional 2020 Tanjungpinang

PADANG,SUMBARTODAY.NET – Beragam kuliner nusantara akan ditampilkan pada Festival Kuliner Tradisional yang akan digelar pada 23 – 26 November 2020 di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat (BPNB Sumbar) mengangkat kuliner Pangek Sumpu pada Pekan Kebudayaan Nusantara bersama BPNB se-Indonesia yang akan digelar secara virtual tersebut.

Video tentang Pangek Sumpu diproduksi BPNB Sumbar untuk ditampilkan pada Festival Kuliner Tradisional 2020. Video tersebut dipandu oleh Hartati Safitri, menghadirkan Dra. Ernatip, Peneliti Sejarah di BPNB Sumbar, dan Raswita Hamid, Ketua Bundo Kanduang Nagari Sumpu Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat, syuting dilakukan pada Rabu 21 Oktober 2020 di Kantor BPNB Sumbar, Jalan Raya Belimbing No. 16 A, Padang.

Drs. Suarman, Kepala BPNB Sumbar, saat kami wawancarai pada Selasa (27/10/2020) di kantornya, ia mengatakan, “BPNB Sumbar merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, keberadaannya untuk melestarikan nilai budaya di wilayah kerjanya, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Sehubungan dengan Festival Kuliner Tradisional yang akan diadakan dalam rangka Gebyar Multikultural dan Seminar Hasil Kajian Tahun 2020, dengan tema ‘Gebyar Budaya – Harmoni Budaya Menuju Indonesia Bahagia’, BPNB Sumbar akan menampilkan Pangek Sumpu.”

Suarman juga mengatakan, Festival Kuliner Tradisional jadi peluang bagi setiap provinsi untuk mengenalkan kulinernya pada masyarakat secara lebih luas. BPNB Sumbar mengangkat Pangek Sumpu pada festival ini agar Sumatera Barat tidak hanya dikenal dengan Randang, tapi juga dengan kekayaan kulinernya yang lain, yang tak kalah sedapnya. Sekaligus untuk mengingatkan kita, bahwa kuliner tradisional juga adalah bagian dari kebudayaan yang tak kalah pentingnya.

Seperti yang dikatakan Elmiwati, Ketua Dharmawati BPNB Sumbar, video tentang Pangek Sumpu yang mereka produksi tersebut mengenalkan sejarahnya, peralatan yang digunakan untuk membuatnya, bahan baku masakannya, cara memasaknya, hingga cara penyajiannya untuk dikonsumsi.

Selain itu Elmiwati juga mengatakan, mewabahnya Covid-19 tidak menghalangi BPNB se-Indonesia berkreativitas dalam melestarikan kebudayaan di wilayah kerja masing-masing. Dengan memanfaatkan teknologi, kekayaan budaya tradisional, seperti kuliner, didokumentasikan dalam bentuk visual dan virtual. Kegiatan ini disamping untuk perlindungan budaya juga untuk dimasyarakatkan secara luas, dan untuk memperkaya wawasan serta pengetahuan masyarakat tentang budaya, dalam hal ini kuliner tradisional nusantara yang amat beragam, salah satunya Pangek Sumpu.

Pada kesempatan yang sama, Ernatip mengatakan, “Dengan adanya Festival Kuliner Tradisional ini, semoga kuliner tradisional Minangkabau, khususnya Pangek Sumpu, bisa terkenal dan dapat menjadi kuliner tradisional masyarakat yang dapat dinikmati dan makin dilestarikan untuk ke depannya.”

Dra. Zusneli Zubir, M.Hum, Peneliti Sejarah di BPNB Sumbar yang ikut mengisi konten video tersebut mengatakan, “Pangek Sumpu adalah sajian khas milik Kabupaten Tanahdatar. Kuliner ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat Sumatera Barat, selain dibuat sendiri oleh ibu-ibu rumahtangga, juga jadi menu pilihan di rumah-rumah makan. Dengan mengangkat Pangek Sumpu pada festival ini, semoga juga jadi perhatian bagi pihak berwenang agar mematenkannya, untuk menghindari pihak lain mengklaim legacy kebudayaan milik kita, dan juga pada produk lainnya dari kebudayaan kita.”

SUMBER : Muhammad Fadhli

Kiat Hotel Grand Paragon, Buka Kembali di Masa New Normal

JAKARTA,SUMBARTODAY – Penerapan new normal di masa pandemi covid-19 merupakan langkah bijak Pemerintah dalam penyelamatan dua faktor utama, keselamatan masyarakat dan ketahanan ekonomi negara. Sebagai bentuk keikutsertaan dalam menunjang kebijakan tersebut, Hotel Grand Paragon yang berlokasi di Jalan Gajah Mada No.126 Jakarta menerapkan beberapa kiat dalam menyikapi situasi ini sejak operasionalnya resmi dibuka kembali pada Jumat 31 Juli 2020.

Iwan Kurniawan, General Manager Grand Paragon, saat kami wawancarai melalui akun Whatsapp-nya pada Minggu (2/8/2020) ia mengatakan, “Kami dengan senang hati mengumumkan operasional Grand Paragon Hotel dibuka kembali, penerapan konsep new normal juga berbanding lurus dengan konsep hotel kami yang baru, yaitu The New Grand Paragon, ball room baru, staf baru, kamar baru, dan fasilitas lainnya.”

“Hotel kami juga tentu memperhatikan protokoler kesehatan Permenkes, seperti pengecekan suhu tamu dan staff sebelum masuk ke hotel, tidak boleh lebih dari 37,3 celcius, membudayakan mencuci tangan, penggunaan handsanitizer, jaga jarak aman, hingga penerapan protokol saat event berlangsung,” kata Iwan.

Iwan juga mengatakan, “Selain dari sisi operasional, penjagaan ketat juga dilakukan Hotel Grand Pragon pada propertinya, seperti menyemprotkan disinfektan di beberapa titik secara reguler, penyemprotan kamar tamu yang telah digunakan (checkout), begitu juga menjaga sanitasi linen, towel, dan amenities yang ada.”

Tutupnya operasional hotel Grand Paragon selama tiga bulan di awal corona mewabah di Tanahair, jadi kesempatan bagi pihak management-nya untuk melakukan renovasi kamar, dan pembangunan 1 ball room baru yang tampil dengan konsep mewah dan modern. Sekarang saat dibukanya kembali, Grand Paragon jadi memiliki 1 unit Ball Room kapasitas 2000 Pax, 1 unit Grand Ball Room kapasitas 2500 pax, 8 meeting room kapasitas 25-200 pax, dan 177 kamar dengan berbagai tipe.

Fedri Ramadhani, Director of Sales and Marketing hotel tersebut, saat kami wawancarai pada kesempatan yang sama ia mengatakan, “Untuk menyambut bukanya kembali The New Grand Paragon, management telah menyiapkan penawaran penawaran menarik untuk para tamu setia hotel untuk berbagai kebutuhan.”

“Di masa reopening ini kami telah menyiapkan Super Hot Deal Promotion, termasuk sarapan untuk 2 orang, yang berlaku hingga 30 Agustus 2020, selain itu kita juga menyediakan paket meeting, hingga paket wedding dengan Ball Room super keren kita,” kata Fedri.

Fedri juga mengatakan, “Kiat yang diterapkan GM kami semoga dapat menjadi inspirasi bagi dunia perhotelan di Indonesia dan juga bidang usaha lainnya dalam menjalankan operasionalnya di masa new normal ini, dalam upaya kita bersama memulihkan perekonomian bangsa dan negara.

 

Sumber : Muhammad Fadhli

AIR TERJUN SUNGAI BATANG ASAM JUJUHAN, PESONA DHARMASRAYA

DHARMAS RAYA,SUMBARTODAY.NET – Dengan mengetahui kondisi serta potensi alam yang dimiliki kecamatan Asam jujuhan yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Dharmasraya. Kelompok Sadar Wisata (POK DHARWIS), Rajo Nan Hitam (RANTAM) Alahan Nan Tigo (ANTIG). Di bawah naungan Pemerintah Nagari Alahan Nan Tigo. Terus meningkatkan penataan infrastruktur di area Destinasi Air terjun Sungai Batang, yang terletak di Nagari Alahan Nan Tigo, Kecamatan Asam Jujuhan, Dharmasraya, Sumatera Barat.

Hal ini dalam upaya mengangkat potensi wisata yang masih sangat jarang diketahui oleh masyarakat luar Kecamatan Asam Jujuhan.
Destinasi Air Terjun Sungai Batang tersebut memiliki potensi dan daya tarik tersendiri untuk dikembangkan serta semuanya masih alami dan perlu pembenahan dan Penataan lokasi lebih baik lagi untuk mempermudah akses ke lokasi, serta Strategi ini dipandang dapat menjadi daya tarik Pengunjung baik dari Kecamatan Asam Jujuhan sendiri maupun dari luar Asam Jujuhan yang sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

Mahruzi, Sekretaris Nagari Alahan Nan Tigo, saat di jumpai awak media di lokasi, Selasa 28/7/20. Menyebutkan, dengan memperindah serta melengkapi segala Pasilitas lokasi air terjun sungai batang tersebut dapat menarik perhatian dari para wisatawan dan dapat meningkatkan Ekonomi bagi masyarakat.

“Disini kami telah melengkapi berbagai pasilitas untuk para Pengunjung, seperti Perahu Karet, Pondok-pondok, Rumah Pohon sebagai tempat tongkrongan pengunjung.
Dengan mempercantik lokasi air terjun ini, Harapan kami dapat meningkatkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat”

Dalam waktu yang sama, hal senada juga di sampaikan oleh Yunus selaku pengelolah lokasi ait terjun sungai batang.

“Air terjun sungai Batang memang belum dikenal banyak oleh masyarakat luar Asam Jujuhan, namun setelah adanya pembenahan dan penataan lokasi, serta telah kami lengkapi pula dengan, Perahu Karet, Pondok-pondok, rumah pohon sebagai tempat tongkrongan, Alhamdulillah masyarakat sudah mulai ramai datang berkunjung, terutama dari kalangan muda mudi” Ungkapnya.

Herlina Marzuki sebagai tokoh masyarakat Nagari Alahan Nan Tigo, Saat di temui di kediamannya di Batu Kangkung mengatakan,
Bahwa air terjun Sungai Batang yang terletak di Nagari Alahan Nan Tigo tersebut, ialah satu-satunya air terjun yang patut di kelolah dengan baik, selain dari perhatian Pemerintah Nagari sendiri juga perlu perhatian dari Pemda Kabupaten Dharmasraya, karena air terjun ini adalah satu-satunya air terjun yang cukup indah di Kabupaten Dharmasraya dengan akses jalan yang cukup bagus, sebab letaknya hanya beberapa meter saja dari pemukiman kampung, dan hal ini pun dapat meningkatkan daya tarik wisatawan ke Asam Jujuhan, juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Asam jujuhan sekitarnya.

“Harapan kita bersama membangun obyek wisata air terjun ini adalah untuk menunjukkan potensi yang ada di Nagari Alahan Nan Tigo, selain indah, letaknya pun hanya dekat di pemukiman kampung. Untuk itu kita berharap, selain dari perhatian Pemerintah Nagari ini sendiri, juga perlu perhatian lebih lanjut dari Pemerintah Kabupaten. Sehingga nantinya dapat memberikan kontribusi dan nilai tambah bagi warga Nagari Alahan Nan Tigo dan sekitarnya yang ada di Kecamatan Asam Jujuhan ini. Tutupnya.(RN).

inDriver Hadir di Pematangsiantar, Bukittinggi, & Bandar Lampung

SUMBARTODAY.NET -Fitur unik inDriver menawarkan layanan taksi pribadi yang terjangkau bagi pengguna sepanjang waktu.

21 Juli 2020 – inDriver, salah satu aplikasi taksi pribadi yang paling banyak diunduh di dunia dan tersedia di lebih dari 300 kota di 31 negara dan kini telah hadir layanan uniknya di Pematangsiantar, Bukittinggi & Bandar Lampung.

inDriver menawarkan model Penawaran Di Waktu Nyata (Real-Time Deals) yang memberi pengguna kebebasan untuk menentukan harga terbaik untuk suatu perjalanan kapan saja. Penumpang dapat mengatur tarif yang diinginkan untuk rute yang mereka pilih, sementara pengemudi terdekat yang menerima pemberitahuan permintaan transportasi tersebut dapat memilih untuk menerima tarif yang ditawarkan, menawar agar harga lebih baik, atau mengabaikan order tersebut.

Selain itu, pengemudi tidak secara otomatis ditugaskan untuk penumpang. Setelah penumpang menerima tawaran balik, mereka dapat memilih pengemudi yang sesuai dengan preferensi mereka – ongkos, peringkat pengemudi, perkiraan waktu tiba, atau model kendaraan.

Fitur unik ini berlawanan dengan algoritme yang digunakan oleh layanan taksi pribadi lainnya, yang meningkatkan harganya karena jam sibuk, lalu lintas, dan riwayat permintaan.

“Sejak kami pertama kali meluncurkan layanan kami di Indonesia, basis pengguna kami telah berkembang pesat. Sebelumnya, inDriver telah menjadi alternatif pilihan untuk layanan taksi pribadi yang lebih terjangkau di 20 kota di Indonesia. Melihat betapa baik platform kami diterima, wajar bagi kami untuk terus membuat layanan kami lebih mudah diakses di seluruh Indonesia. Kami berharap orang-orang dari Pematangsiantar, Bukittinggi & Bandar Lampung akan menikmati transportasi yang lebih terjangkau dengan inDriver,” kata Egor Fedorov, Direktur Pengoperasian (COO) inDriver.

inDriver memprioritaskan keamanan penggunanya dengan menyediakan fitur untuk berbagi lokasi GPS mereka dan perincian perjalanan dalam waktu nyata dari aplikasi dengan kontak tepercaya, serta tombol darurat yang akan menghubungkan pengguna dengan otoritas setempat.

Layanan inDriver tersedia di kota Pematangsiantar, Bukittinggi & Bandar Lampung serta beberapa kota terdekat. Saat ini, perjalanan yang telah selesai hanya dapat dibayar secara tunai, ini memungkinkan pengurangan biaya perjalanan yang lebih banyak karena menghindari biaya transaksi atau komisi jika menggunakan kartu.

Lebih dari 1.000 pengemudi di Pematangsiantar, Bukittinggi, & Bandar Lampung telah mendaftar di inDriver, dan akan lebih banyak pengemudi yang terdaftar di setiap harinya. Selama waktu yang terbatas, inDriver tidak akan meminta komisi dari pengemudi.

Selama beberapa hari terakhir, inDriver juga telah melakukan tes untuk mengumpulkan umpan balik atau pendapat yang berharga dari pengguna. Hasil tes menunjukkan bahwa pengguna menikmati tarif yang lebih menarik ketika menggunakan inDriver, menghemat sebanyak 20% dibandingkan dengan menggunakan layanan taksi pribadi oleh penyedia lain. Misalnya, penumpang membayar rata-rata sebesar IDR 12,000 untuk perjalanan dari Benteng Fort De Kock ke Plaza Bukittinggi dengan inDriver.

Aplikasi inDriver dapat diunduh secara gratis dari Play Store Google atau App Store Apple

 

SUMBER : Mohd.Zulkarnain

Silahkan nonaktifkan adblock anda untuk membaca konten kami.
Refresh